Loading Now

Trayek Taxi Sesuka Hati Sopirnya, Tangan Terbakar di Daerah Mistis!

Tahun 1985 -1989 an di Timika kendaraan dapat dihitung dengan jari, ada angkutan umum (kami menyebutnya taxi dan sampai sekarang juga masih ada yang meyebut taxi) tapi hanya tiga atau empat saja.

Tahun 1990 keatas ada layanan taxi ke Kwamki Lama, Mapuru Jaya, Sp 1 dan SP 2. Tidak ada regulasi trayek taxi, taxi melayani tergantung banyaknya penumpang. Jika pada saat itu banyak penumpang ke Kwanki Lama maka taxi menuju Kwamki Lama. Penumpang tujuan lain menunggu sampai ada banyak orang yang menuju tujuan yang sama.

Tidak banyak memang orang yang ke pasar Timika. Rute paling ramai yaitu tujuan Kwamki Lama dan Mapuru Jaya. Untuk tujuan Kwamki Lama, 200 atau 250 rupiah, sementara Mapurujaya 400 atau 500 rupiah (kalau tra salah ingat).

Pada tahun 1992, saya sempat menjadi kondektur taxi milik tetangga saya. Rutenya suka-suka sopirnya, kadang pagi hari putar-putar mencari penumpang di SP 1 kemudian diantar ke Pasar Timika. Setelah itu kami lanjut ke mengatar ke Kwamki Lama dan mencari penumpang disana.

Pada suatu waktu, sekitar jam 3 sore saat hendak pulang ke SP 1, ada banyak penumpang tujuan Mapurujaya. Kami pun menuju Mapurujaya, ini pertama kalinya om sopir dan saya ke Mapurujaya.

Kembali dari Mapurujaya sudah gelap gulita, tak ada penumpang yang naik taxi kami. Ditengah perjalanan, tiba-tiba mesin mati, tidak ada senter dan bagian dalam mobil tua itu tidak ada lampunya.

Bermodalkan korek api, Om sopir mencoba utak-atik mesin mobil, tetapi tidak berhasil. Om sopir pun memeriksa bensinnya, dan beramsumsi bensinnya habis.

Kami menunggu mobil yang melintas untuk membeli bensin. Beruntung bagi kami ada mobil ke arah Mapuru Jaya dan Om sopir ikut untuk beli bensin, sementara saya menunggu di dalam mobil mogok dalam kegelapan malam di tengah hutan.

Hanya rasa takut yang saya rasakan tapi apa daya, mau jalan pulang masih jauh dan gelap, tidak ada pilihan lain selain tidur di dalam mobil dalam ketakutan dan berjaga-jaga.

Lama menunggu akhirnya Om sopir datang membawa bensn 5 liter, malam semakin larut. Tak ada senter, Kami mencoba meraba-raba lubang tangki untuk mengisi bensin namun sia-sia kami tidak bisa mengisinya.

Akhirnya Om Sopir mengambil korek lalu menyuruh saya menyalakan korek itu agar lubang tangki dapat dilihat. Saya menolak dengan alasan nanti terbakar.

Om Sopir Ngotot dan saya menurutinya. Korek dinyalakan dan api korek menyambar bensin, jerigen dilemparkan, ada bensin yang mengenai tangan kanan saya. Api menyala dipergelangan tangan kiri saya, saya pun panik dan segera berguling di rumput-rumput untuk memadamkan api. Sementara Om Sopir sibuk memadamkan api agar tidak menyambar tangki mobil.

Setelah kejadian itu kami memutuskan untuk berjalan kaki pulang ke rumah, mobilnya akan diperbaiki keesokan harinya. Dalam perjalanan pulang kami mendapatkan tumpangan dari taxi Mapurujaya.

Setelah bercerita kronologinya, Om sopir Taxi Mapurujaya ini mengatakan bahwa kalau lewat daerah itu harus membunyikan klakson. Daerah itu ada aroma mistisnya. Jika tidak maka ada kejadian aneh-aneh salahsatunya mesin mati tiba-tiba.

Daerah itu adalah tempatnya Tete Mapurupuauw, meskipun beliau sudah meninggal namun terkadang orang melihat beliau berjalan dengan anjingnya di daerah itu.

Lokasi itu sekarang telah dibangun taman budaya Mapurupuauw. Dalam Taman Budaya Mapuruwau tersebut terlihat jelas berdiri tegak patung Mapurupuwau yang merupakan tokoh sejarah Suku Kamoro yang dipercayainya membuat peradaban baru di wilayah adat Kabupaten Mimika, kini dikenal dengan nama Mapurujaya Ibu Kota Distrik Mimika Timur. (*)

Post Comment