Ke Sekolah dari Naik bulldozer hingga di Gendong Seseorang
Salah satu fasilitas Pendidikan yang disediakan pemerintah bagi warga transmigrasi di SP 1 Timika yaitu sekolah dasar. Ketika kami datang tahun 1985, Gedung Sekolah Dasar Inpres Timika 1 masih dalam pembangunan.
Anak-anak yang sudah kelas 3 keatas bersekolah di SD Inpres Koperapoka, yang berjarak hampir 9 KM. Tidak transportasi umum pada waktu itu, untuk pergi ke sekolah ditempuh dengan berjalan kaki.
Jalan Yos Soedarso saat ini, pada waktu itu kiri kanan hutan dan pohon-pohon besar. Setiap hari dan siang anak-anak SP 1 kelas tiga keatas pulang pergi berjalan kaki ke sekolah.
Jika sedang beruntung, pulang menumpang mobil yang membawa pasir untuk menimbun jalan atau menumpang bulldozer yang kebetulan sedang lewat.
Ada satu cerita yang menarik, yang dialami dua orang kakak saya, ketika pulang sekolah hanya mereka berdua yang jalan, saat itu teman-temannya tidak ke sekolah.
Ketika ditengah perjalanan, mereka bertemu dengan Om asal Papua. Singkat cerita Om ini menemani kedua kakak saya pulang ke SP 1.
Karena kasian melihat anak kecil berjalan dan tampak lelah, Om Papua ini memanggul kakak saya secara bergantian. Jika kakak nomor 1 sudah lelah, maka kakak nomor 2 diturunkan dan kakak nomor 1 dipanggul di bahu. Begitu bergantian hingga mereka sampai di rumah.
Sebagai rasa terima kasih kedua orang tua kami, saat Om Papua hendak pulang ke rumahnya, kedua orang tua kami memberikan sebuah karung dan memberi hasil kebun di halaman rumah.
Karung itu penuh dengan, singkong, pisang, jagung dan sayuran.
Pembangunan SD Inpres Timika 1 terus berjalan, jika anak-anak kelas 3 keatas sekolah di SD Inpres Koperapoka dan SMP sekolah di SMP N 1 Mapuru Jaya. Anak-anak kelas 1 dan 2 SD bersekolah di Balai Desa.
Dua orang guru yang mengajar saat itu yaitu Pak Guru Sugiyo dan Pak Guru Ramidi. (*)
Post Comment