Antri Makan
Salah satu janji pasangan capres dan cawapres nomor 02 yaitu makan gratis. Jauh sebelum itu, setelah melewati malam hari pertama di Timika, pagi harinya kami antri ambil makan.
Setiap pagi, siang dan sore, kami membawa piring yang terbuat dari seng ke tempat posko pembagian makanan gratis. Saya tidak tahu persis berapa lama pemberian makanan gratis, seingat saya itu diberikan sekitar satu atau dua minggu saja, selanjutnya kami di beri beras, iklan asin, dan sembako lainnya.
Selain itu, kami diberikan peralatan pertanian serta bibit sayur, bibit padi, bibit pisang, singkong dan kebutuhan pertanian lainnya.
Dengan adanya perlengkapan pertanian, setiap keluarga mengolah halaman pekarangan masing-masing dengan tujuan untuk menghidupi kebutuhan keluarga masing-masing.
Lokasi baru dibuka, tanaman tumbuh subur. Di halaman rumah kami, orang tua kami menanam pisang, jagung, singkong, tebu dan sayuran. Semua orang sibuk mengolah tanah pekarangan masing-masing.
Hasil panen dari kebun di konsumsi sendiri, dijual pun tidak ada yang beli karena semua orang bertani.
Ketika orang tua sibuk bercocok tanam, kami anak-anak sibuk mencari jamur yang tumbuh di batang kayu di belakang rumah. Jamur-jamur yang terkumpul menjadi sayuran lain yang kami konsumsi selain hasil dari kebun.
Pada masa itu, setiap keluarga diwajibkan membuat tiang pinggir jalan untuk meletakkan pelita. Jadi setiap sore tiba, jalanan di terangi oleh cahaya pelita. Namun tidak ada satupun orang yang berani jalan-jalan ketika malam hari, selain gelap gulita, jam malam pun diberlakukan.
Karena pada masa itu, masih dinilai daerah rawan, setiap malam petugas keamanan (TNI) yang jalan berpatroli keliling kampung.
Waktu terus berjalan, kami menikmati kehidupan yang baru di Timika dan seiring waktu berjalan kami juga diberi bibit ayam kampung, bebek, kambing dan sapi. (*)
Post Comment